Disfungsi ereksi atau orang lebih mengenalnya dengan istilah impotensi dapat menjadi masalah yang besar bagi penderitanya. Sebenarnya pria yang mengalami disfungsi ereksi tak berarti kehilangan gairah seksual secara permanent. Hasrat bercintanya tetap menggebu, namun karena ereksinya terganggu, sehingga hubungan seksual gagal dilakukan hal inilah yang kadang membuat frustasi bagi penderita maupun pasangannya.
Sayangnya, seringkali rasa malu mengalahkan frustasi penderita. Sehingga mereka tidak segera mencari pertolongan. Bukan dengan berobat ke dokter, malah mengkonsumsi obat-obat yang banyak dijual di toko obat kuat yang tengah menjamur di pinggir jalan. Padahal, belum tentu yang dikonsumsi obat adalah benar untuk mengatasi disfungsi ereksi. Salah-salah, bukannya mengobati penyakitnya, justru malah menyerang organ tubuh lain yang sebenarnya tidak bermasalah.
Salah satu obat yang dikenal oleh kaum pria pada umumnya adalah sildenafil atau lebih dikenal dengan nama viagra. Tahukah kamu, bahwa sebenarnya penemuan Viagra itu tidak disengaja? awalnya, tahun 1991, Dr. Nicholas Terret dan timnya di perusahaan farmasi Pfizer sedang meneliti sildenafil (molekul UK-92, 480) sebagai obat hipertensi dan angina pektoris. Namun efek sildenafil terhadap angina ternyata sangat minimal. Hasil yang didapat justru di luar dugaan. Salah satu relawan justru merasakan ereksi pada penisnya. Menurut hipotesis, ereksi merupakan efek samping sildenafil. Jadi, tujuan semula mencari obat yang akan melebarkan pembuluh darah sekitar kardiovaskuler, malah melebarkan pembuluh darah di tempat lain. Pfizer memutuskan untuk melanjutkan clinical trial untuk lebih menggali potensi sildenafil sebagai obat disfungsi ereksi. Ian Osterloh adalah peneliti Pfizer yang amat berperan dalam penemuan sildenafil untuk indikasi disfungsi ereksi, sedangkan Peter Dunn dan Albert Wood adalah yang berjasa mensintesis sildenafil dalam bentuk pil. Sildenafil mendapat ijin FDA sejak 27 Maret 1998 dan kini menjadi leader dalam pengobatan disfungsi ereksi. Sekitar 600.000 dokter meresepkan sildenafil di 110 negara.
Tahu nggak peristiwa apa yang terjadi ketika penis berereksi, dan gimana caranya Viagra bisa membantu mengatasi disfungsi ereksi ?
Hmm begini ceritanya…..
Mekanisme fisiologis ereksi pada penis pada saat ada stimulasi seksual melibatkan pelepasan suatu senyawa, yaitu oksida nitrat (nitric oxide = NO), dari bagian penis yang disebut corpus cavernosum. NO ini akan mengaktifkan enzim guanilat siklase, yang menyebabkan peningkatan senyawa siklik guanosin monofosfat (cGMP), yang selanjutnya menyebabkan pelebaran pembuluh darah di sekitar corpus cavernosum, sehingga darah dapat mengalir ke penis dan menyebabkan pembesaran penis. cGMP ini bisa diuraikan/didegradasi oleh enzim yang namanya fosfodiesterase-5 (PDE5). Kalau cGMPnya habis, jadi lemes deh…
Si Viagra ini bekerja dengan cara menghambat kerja enzim PDE5, sehingga ketika terjadi stimulasi seksual dan pelepasan NO, penghambatan terhadap PDE5 akan meningkatkan jumlah cGMP yang bertanggung-jawab terhadap ereksi penis. Mula kerja Viagra (Sildenafil) antara ½ jam – 1 jam. Sedangkan masa kerjanya berkisar 5-10 jam. Namun viagra ini ngga ngefek jika diminum tanpa adanya stimulasi seksual.
Namun jangan sembarangan menggunakan Viagra. Bagaimanapun obat tak ada yang tak berefek samping. Efek samping umum Viagra antara lain sakit kepala, gangguan pencernaan, gangguan penglihatan, dll. Viagra dapat menimbulkan gangguan penglihatan karena obat ini tidak begitu selektif dalam menghambat PDE-5 namun juga menghambat PDE-6, jenis enzim yang letaknya di mata. Kondisi ini menyebabkan penglihatan mata menjadi biru (blue vision). Obat ini juga tidak bisa diminum bersamaan dengan makanan karena absorsi (penyerapannya) akan terganggu jika lambung dalam kondisi penuh. Viagra harus digunakan dengan resep dokter, dan pasien dengan gangguan kardiovaskuler harus sangat berhati-hati menggunakan obat ini. Nah, sebelum memutuskan akan menggunakan obat ini, pikirkan dulu untung ruginya. Jangan sampai mau perkasa, malah sengsara.