Huff...bulan-bulan yang penuh dengan tantangan mampu aku hadapi dan jalani itu dengan bermodal kekuatan yang masih tersisa. Tidak mudah memang, tapi lihat!!!aku bisa...^^
Tantangan itu hadir dan hiasi hari-hariku di bulan April-Juni ini, luar biasa semua menyatu di bulan itu. Ketika diri ini lemah tapi bertubi-tubi tantangan itu hadir penuhi hari-hariku. Mulai dari tugas kuliah, magang, homecare, ujian akhir menjelang, proposal skripsi yang harus segera kelar, PKM yang harus segera diselesaikan, belum tanggungjawab kepanitian di kampus plus kepanitian di Gereja.
Tantangan terbesar sebenarnya dari diri, kusadari itu. Tekanan dari luar itu hanya warna yang ikut mewarnai pelangiku, namun tekanan dalam diri yang membuat pelangi itu suram. Berat langkah ini ketika secara bersamaan ku harus merasakan kembali rasa kehilangan itu. Walau ku tahu bahwa smua itu pasti terjadi tapi yang terucap, “Tuhan, ku tidak sanggup jika harus terjadi sekarang, aku tidak bisa hadapi smua ini sendiri, aku butuh mereka.” Tempatku bersandar tak lagi ada di sisi, ku harus kehilangan rasa nyaman itu. Rasa dimana ku temukan kedamaian, ketenangan dan kenyaman. Sekedar berbagi atau bertukar canda tak lagi ku temukan. Jarak yang memisahkan dan keadaan yang memperparah.
Tak ingin terus ratapi yang terjadi, terus berusaha tuk optimis, yakinkan diri bisa melaluinya. Untai puisi yang ku ingat dan itu yang menjadi salah satu kekuatanku
Jatuh itu biasa, segera bangkit itu luar biasa. Hanya dengan kekuatan diri dan penyertaan dariNYA itu yang memampukan.
Tantangan itu hadir dan hiasi hari-hariku di bulan April-Juni ini, luar biasa semua menyatu di bulan itu. Ketika diri ini lemah tapi bertubi-tubi tantangan itu hadir penuhi hari-hariku. Mulai dari tugas kuliah, magang, homecare, ujian akhir menjelang, proposal skripsi yang harus segera kelar, PKM yang harus segera diselesaikan, belum tanggungjawab kepanitian di kampus plus kepanitian di Gereja.
Tantangan terbesar sebenarnya dari diri, kusadari itu. Tekanan dari luar itu hanya warna yang ikut mewarnai pelangiku, namun tekanan dalam diri yang membuat pelangi itu suram. Berat langkah ini ketika secara bersamaan ku harus merasakan kembali rasa kehilangan itu. Walau ku tahu bahwa smua itu pasti terjadi tapi yang terucap, “Tuhan, ku tidak sanggup jika harus terjadi sekarang, aku tidak bisa hadapi smua ini sendiri, aku butuh mereka.” Tempatku bersandar tak lagi ada di sisi, ku harus kehilangan rasa nyaman itu. Rasa dimana ku temukan kedamaian, ketenangan dan kenyaman. Sekedar berbagi atau bertukar canda tak lagi ku temukan. Jarak yang memisahkan dan keadaan yang memperparah.
Tak ingin terus ratapi yang terjadi, terus berusaha tuk optimis, yakinkan diri bisa melaluinya. Untai puisi yang ku ingat dan itu yang menjadi salah satu kekuatanku
Ketika kumohon kepada Allah
kekuatan, Allah memberiku kesulitan agar aku kuat
Ketika kumohon kepada Allah
bantuan, Allah memberiku kesempatan untuk berusaha
Menangis pun tak sanggup dan tidak ada waktu untuk itu. Seiring waktu, ku semakin kuat dan belajar lebih banyak. Berproses menjadi pribadi yang kuat, bertanggung jawab, bisa menempatkan diri dalam posisi yang tepat dan lebih dewasa. Menggunakan hati dan perasan itu tentu tidak salah tapi alangkah baik jika itu seiring dengan logika agar keduanya jadi berimbang. Awal yang baik, yang menegaskanku bahwa hanya DIA yang layak jadi tempat bersandar bukan orang lain. Ku belajar tuk semakin dewasa dalam bersikap. Ucap syukur tuk semua yang terjadi & tuk semua sahabat yang turut warnai pelangi hidup ini.kekuatan, Allah memberiku kesulitan agar aku kuat
Ketika kumohon kepada Allah
bantuan, Allah memberiku kesempatan untuk berusaha
Jatuh itu biasa, segera bangkit itu luar biasa. Hanya dengan kekuatan diri dan penyertaan dariNYA itu yang memampukan.
No comments:
Post a Comment