Monday, January 19, 2009

Ngompol….iiiiiuuuuuhhhh

Malam itu jadi malam pertamaku di Palembang dan jadi malam yang tidak terlupakan, geli sekaligus dongkol, itu yang aku rasakan. Yah bagaimana tidak, awal hari yang ku lallui di kota dagang itu sudah dihadiahi baju dan celana basah dan parahnya bau ompol…iiiuuuhhh . Awalnya ku pikir aku yang ngompol (..hah) abis tidak biasa tidur pada suhu dingin dari AC (wah katrok y….)tapi lalu ku tanya adek sepupu yang tidur dengan ku dan dia hanya tersenyum setelah ku tanya, yah itu sudah cukup menjawab pertanyaanku. Heran, adekku padahal dah kelas 2 SMP lho tapi masih saja ngompol. Paginya kucerita ke bulikku dan beliau menceritakan bahwa 4 sepupuku yang lain juga masih ngompol hingga SMP..heh

Dalam dunia kedokteran, ngompol/tidak dapat menahan keluarnya air kencing dikenal dengan istilah enuresis. Lebih khusus lagi, ngompol yang terjadi ketika tidur pada malam hari biasa disebut nocturnal enuresis. Enuresis digolongkan jadi 2, primer dan sekunder. Enuresis primer adalah anak yang sejak lahir hingga usia 5 atau 6 tahun masih ngompol. Sedangkan enuresis sekunder ialah si anak pernah ‘kering’ selama setidaknya 6 bulan, lantas mendadak ngompol kembali.

Ada beberapa penyebab terjadinya enuresis a.l : keterlambatan susunan saraf pusat (SSP), genetic, produksi hormon antidiuretik (ADH) terganggu, gangguan tidur, masalah psikologis dll. Pada anak normal, ketika kandung kencing sudah penuh oleh air kencing (urine), sistem syaraf di kandung kencingnya akan melapor kepada otak. Kemudian, si otak akan mengirim pesan balik ke kandung kencing. Otak akan meminta kandung kencing untuk menahan pengeluaran air kencing, sampai si anak betul-betul sudah siap di toilet. Tetapi pada anak dengan keterlambatan matangnya SSP, proses ini tidak terjadi, sehingga saat kandung kencingnya penuh, anak tidak dapat menahan keluarnya air kencing tersebut. Kemungkinan adekku ini mengalami hal tersebut karena pada waktu perjalanan ke Bali kemarin, dia bilang kebelet pipis dan seketika itu juga dia kencing di tempat itu, dia bilang tidak bisa menahannya walau sebentar saja.

Penanganan hal tersebut dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu Nonpharmacologic (tanpa obat) dan pharmacologic (dengan obat). Nonpharmacologic dapat dilakukan lewat terapi motivasi (motivational therapy), terapi menggunakan alarm (behaviour modification), latihan untuk menahan keluarnya air kencing (bladder-training exercise), terapi kejiwaan (psychotherapy), terapi melalui makanan (diet therapy) dan terapi hipnotis (hypnotherapi). Obat yang dapat membantu program pertolongan enuresis nokturnal ini adalah imipramin sebanyak 25 mg yang diberikan 1 jam sebelum waktu tidur pada anak usia 6 - 8 tahun dan 50 mg pada anak yang lebih besar. Pemberian obat ini dilakukan sekurang-kurangnya 2 sampai 3 minggu. Jika hasilnya cukup memuaskan, pengobatan dapat dipertahankan selama 4 - 5 bulan. Penghentian obat dilakukan secara bertahap. Tidak boleh secara mendadak. Jadi, sebaiknya dikonsultasikan ke dokter.

Langkah nonfarmakologic kupilh waktu itu, yah caranya tidak begitu sulit namun ampuh membuat adekku tidak ngompol selama aku di sana. Caranya mudah, aku menyuruhnya kencing dulu sebelum tidur lalu tengah hari sekitar pukul 1 aku bangunkan untuk kencing dan AC aku matikan, alhasil baju dan celanaku tidak lagi bau ompol.

Penanganan anak yang mengalami enuresis memang tidak mudah. Tapi setidaknya kasih sayang, kesabaran serta pengertian orang tua untuk tidak memarahi atau menghukum ketika anak ngompol akan membantu membangun kepercayaan diri anak. Pengaruh buruk secara psikologis dan sosial yang menetap akibat ngompol, akan mempengaruhi kualitas hidup anak sebagai seorang manusia dewasa kelak.

No comments: