Wednesday, January 28, 2009

Pemuda Jogja-Wonosobo-Jogja Part 2

Biaya menjadi kendala terbesarnya untuk melanjutkan ke bangku kuliah. Namun dia berpikir, toh untuk apa bersusah hati menyesali nasib ini, rejeki tidak hanya datang pada orang yang memiliki ijazah Sarjana, Master atau semacamnya namun jika kita jalani hidup ini dengan niat baik maka kebaikan akan datang dengan sendirinya. Tekad itu yang membawanya untuk tetap bersemangat menjalani hidup ini, yang penting kerja halal, bisa makan untuk tetap hidup dan bersyukur jika ada rejeki lebih bisa ditabung untuk mempersiapkan masa depan yang lebih baik.
Sikap hormat, patuh dan cintanya pada orangtua yang menghantarnya menjadi pribadi ‘keras’ namun berhati lembut. Dia bercerita bahwa dia sangat dekat dengan mamaknya, jika sakit ‘kerokan’ & pijitan dari mamak menjadi obat yang paling manjur. Setelah lelah karena menyetir selama hampir setengah bulan dan tidak pulang, maka kamar Bapak dan mamak yang paling dirindukannya, rasanya jika sudah tidur di kamar itu rasanya ‘ayem’ dan nyaman sekali, pikiran ini jadi tenang. Kedekatan dengan mamaknya membuat dia belajar tentang banyak hal, bahkan sampai urusan dapur pun pemuda ini tidak sungkan bercerita bahwa dia gemar memasak, jika pulang maka dia akan ikut bantu mamaknya berjualan di warung makan miliknya yang ada di terminal wates. Tidak sungkan bahkan dengan bangga dia bercerita tentang bagaimana cara dan trik untuk membuat soto yang enak..ehm
Pemuda ini telah menambatkan hatinya pada seorang gadis pujaannya yang telah dipacari selama 7 tahun…”Ehm, hebat”, kataku bisa bertahan hingga selama itu, aku saja yang sempat menjalani selama 3 tahun lebih tidak sanggup mempertahankannya lagi (lha malah curhat..hehe whatever…)Dengan bangganya pula dia bercerita tentang gadis pujaannya ini. Gadis manis anak tetangga desa, yang belum lama ini telah berhasil menyelesaikan pendidikan D3 Fisioterapi di salah satu perguruan tinggi di Jogja dan sekarang gadis ini telah bekerja di sebuah RS di concat. Rasa hati ingin segera meminangnya namun rejeki ini belum cukup untuk hidup berdua. Masih terus memutar otak, mencari peluang lain untuk meraih yang lebih baik karena tidak selamanya ia ingin menjadi seorang sopir Jogja-Wonosobo Wonosobo-Jogja. Ingin punya usaha sendiri atau mendapat pekerjaan yang lebih baik, membahagiakan orangtua, meminang gadis pujaannya yang memiliki cita-cita membuka klinik sendiri.
Itu obrolan singkatku selama menempuh perjalanan dari Wonosobo ke Secang, karena di Secang, 1 orang penumpang masuk, suasana jadi beda entah mengapa, aku mencoba untuk membuka pembicaraan, tapi tanggapannya datar saja tidak berlanjut (saat itu seakan ada bunyi jangkrik krik..krik..krik)
Yah tidak semuanya mampu aku ceritakan dalam tulisanku namun masih terekam di benak ini dan menjadikannya sebagai refleksi pribadku.

No comments: